Bandar Lampung, (CL) – Lembaga Survei Rakata Institute menjadi satu-satunya yang konsisten dengan hasil surveinya sejak awal hingga quick count.
Survei yang dilakukan Rakata Institute dalam pemilihan Gubernur Lampung terakhir pada 12-17 Juni 2018 perolehan elektabilitas Arinal – Nunik 33,30 persen, Herman HN – Sutono 31,30 persen, Ridho – Bachtiar 22,30 persen, dan Mustafa – Ahmad Jajuli 10,50 persen. Margin of error sebesar 3,10 persen
Hasil tersebut tak berbeda dengan quick count yang memenangkan Arinal – Nunik dengan perolehan 34,80 persen. Meskipun data yang masuk baru 95 persen namun dengan pesaingnya Arinal – Nunik sulit untuk terkejar.
Direktur Eksekutif Rakata Institute Eko Kuswanto mengatakan Rakata kala itu sedang menjalani ‘hukuman’ KPU Lampung yang dilarang memublikasikan hasil surveinya. “Nah kami patuhi itu. Tapi ternyata data kami bocor ke media tanpa kami rilis,” ucapnya.
Akhirnya Rakata, lanjut Eko, meluruskan berita itu agar tidak menjadi kesalahpahaman berikutnya antara Rakata dan media yang pernah terjadi sebelumnya. “Maka dilakukan klarifikasi atas hasil itu. Kami akui itu data kami,” ucapnya.
Secara umum, lanjut Eko, sebuah survei yang dipersiapkan dengan baik secara ilmiah akan menghasilkan data yang baik pula begitu pula sebalikmya. “Rakata telah berpengalaman menguji metode kami selama 10 tahun ini dan hasilnya sangat dinanti publik baik survei maupun hitung cepatnya. Menjadi kontraproduktif saat publik sedang mencermati dinamika pilgub Lampung tapi data kami April menjadi ‘cibiran’ dan ‘bully’ yang tidak ilmiah lagi. Sudah menyerang personal,” terangnya.
Eko tetap yakin atas data yang disajikan ke publik. “Kami tetap yakin akan data yang kami miliki. Namun tekanan dari banyak pihak mengaburkan data ini dengan isu-isu lain yang di luar konteks. Hanya waktu yang akan menjawabnya,” imbuhnya.
Dia menjelaskan lalu data April makin dikuatkan dengan data Juni yang kecenderungannya memang sama bahwa paslon 3 lebih unggul dari paslon lainnya meski tidak secara mutlak. “Akhirnya data hari ini melalui Quick Count Rakata Institute mendapatkan legitimasi atas data-data kami sebelumnya. Bahwa memang paslon 3 lebih unggul,” bebernya.
Eko menambahkan sebuah pelajaran berharga bahwa data bisa dianalogikan sebagai jamu yang sangat pahit. “Pahitnya data mungkin kelak akan terkonversi menjadi manisnya hasil, jika memandang data survei sebagai acuan dan digunakan untuk evaluasi,” tutupnya. (red)