Cahayalampung.com — Tindakan arogan serta pengusiran dan ajakan duel wartawan oleh oknum Kepala SMA Negeri 1 Kota Gajah, Dasiyo Priambodo adalah bentuk sikap arogan, yang didalam menjadi bentuk kekerasan dan menghalang-halangi kemerdekaan Pers. Apalagi dilakukan oleh orang berpendidikan, dan sebagai pendidik.
Wakil Ketua Bidang Pembelaan Wartawan PWI Lampung, Juniardi SIP, MH menyayangkan hal itu bisa terjadi dan dilakukan pimpinan lembaga pendidikan, yang notabene menjadi tempat suci untuk menimba ilmu bagi anak anak masuk remaja. “Kita minta Dinas Pendidikan Provinsi Lampung melakukan evaluasi, bila perlu copot oknum kepala sekolah itu. Karena sekarang ranahnya Provinsi. Saya berharap bisa jadi contoh bagi Kepala Sekolah yang lain untuk lebih bijak lagi dalam menghadapi para awak media yang meliput dirinya,” kata Juniardi.
Mantan Ketua Komisi Informasi Provinsi Lampung ini curiga terhadap Kepala Sekolah tersebut, jika benar asal muasal hingga emosi karena di tanya soal keuangan Sekolah. “Lah yang dikelola uang negara, di bayar oleh negara. Kalo bersih kenapa risih, tinggal jelaskan saja. Jika wartawan yang cari cari kesalahan laporarkan, bukan diajak duel, itu preman apa kepala sekolah. Kita menyayangkan sikap Kepala Sekolah yang emosional. Sebagai pimpinan dan pendidik mungkin harus bersikap lebih bijak,” kata Juniardi.
Juniardi menyarankan, jika tidak terima dengan sebuah pemberitaan, Kepala Sekolah, bisa memberikan hak jawab atau melaporkan kepada Pimpinan Medianya, Pimpinan Organisasinya, hingga ke Dewan Pers. “Jadi kalau ada persoalan pemberitaan pers dia merasa ada yang harus diluruskan ada dua hal yang dia harus lakukan pertama berhubungan dengan media itu memberikan hak jawab, kedua kalau memang ada pelanggaran serius dilakukan media dia bisa ke Dewan Pers agar di Dewan Pers bisa dibahas, bisa dicarikan solusinya. Jadi tindakan mengusir wartawan secara emosional itu tidak patut dilakukan oleh pimpinan apalagi pendidik,” tegasnya.
Sebelumnya, oknum Kepala SMA Negeri 1 Kota Gajah Dasiyo Priambodo sempat kesal dengan pernyataan wartawan yang menanyakan soal anggaran sekolahnya. Wartawan menanyakan soal edaran bayaran untuk sekolah, Dana Bos, hingga uang asuransi sekolah. Namun Kepala Sekolah minta nara sumber di hadirkan, dan marah menggebrak meja. Padahal awalnya kepala sekolah sempat berbincang bincang dengan wartawan itu.
Dengan nada tinggi dan bersama istrinya yang ikut campur, oknum Kepala SMA Negeri 1 Kota Gajah, Lampung Tengah Dasiyo Priambodo mengusir dan menantang berkelahi dua orang wartawan yang saat itu meminta klarifikasi terkait kebijakan sekolah dalam pelaksanaan program sekolah.
Peristiwa tak pantas itu bermula saat kedua wartawan dari surat kabar Abdullah, dari Cahaya Media juga wartawan media siber cahayalampung.com dan Ersyan dari surat kabar Journal Nusantara juga wartawan journalnusantara.co.id dan sinarlampung.com mendatangi Kepala Sekolah di ruang kerjanya, Jum’at (19/10/2018).
“Setelah bincang bincang beberapa menit, tiba tiba Dasio naik pitam dengan menggebrak meja kerja milik negara itu, serta mengusir kedua wartawan itu,” katanya Ersyan.
Ersyan, yang saat itu bersama rekannya Abdullah, bertanya atau mengkonfirmasi seputar penggunaan, serta pengelolaan keuangan sekolah seperti jumlah murid, Program Indonesia Pintar (PIP), iuran siswa dan dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) dan meminta klarifikasi surat edaran untuk para wali murid nomor: 420/409/C.2/D.1/2018 Serta penarikan uang kepada puluhan kantin yang ada di sekolah tersebut.
“Kami hanya meminta klarifikasi dan konfirmasi hal-hal yang menyangkut pengelolaan keuangan program seperti PIP, dana BOS dan adanya surat edaran untuk para wali murid, serta pungutan uang kepada puluhan pemilik kantin sekolah sekolah,” katanya.
Dan saat wartawan menanyakan terkait kartu asuransi siswa, Dasiyo terlihat mulai tinggi nadanya, “Kepala sekolah itu meminta agar dapat menghadirkan nara sumber atau wali murid kehadapannya. Ya tidak tidak mungkinlah kami menghadirkan narasumber karena jelas di atur dalam undang undang dan Kode Etik Jurnalistik untuk tidak menyebut dan membuka narasumber, harus dia, Dasiyo, paham hal ini,” kata Ersyan.
Abdullah menambahkan bahwa oknum kepala sekolah SMA Negeri 1 Kota Gajah itu tiba-tiba marah marah tidak jelas. “Dasiyo tidak hanya marah-marah ga jelas, kemungkinan karena merasa dicecar pertanyaan, akhirnya Dasiyo mengusir kami dan ia juga akan lapor polisi,” ungkap Abdullah.
Saat itu, lanjut Abdullah, tiba-tiba datang seorang wanita belum diketahui namanya, yang diketahui guru SMA Negeri 1 Kota Gajah, yang ternyata istri Dasiyo, juga ikut-ikutan mengusir wartawan. “Saya ini istrinya Dasiyo, kalian mau apa, keluar-keluar,” kata Abdullah menirukan ucapan wanita yang mengaku istri Dasiyo.
Untuk menghindari keributan, kedua wartawan tadi memilih keluar pergi meninggalkan ruang kerja Kepala Sekolah. “Kami akan menindaklanjutinya, karena apa yang kami konfirmasi terdapat indikasi korupsi dan masalah ini akan kami serahkan kepada pihak aparat penegak hukum. Untuk apa kami melayani gaya-gaya preman itu, malu lah, apa lagi itu sekolahan, tempat mendidik anak-anak, masak gaya-gaya preman harus kita pertontonkan,” tutur Ersyan.
Menanggapi hal ini, Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Lampung, Donny Irawan mengatakan, seharusnya kepala sekolah tidak berlaku demikian. “Kepala sekolah bisa menerima wartawan dengan baik, tidak berlaku demikian, selagi wartawan bisa menunjukkan identitasnya maka pihak mana pun dapat menyambutnya dengan baik, kalau persoalan lapor melapor nantinya jadi tidak baik,” ujar Donny, Rabu (24/10). (red).