LAMPUNG, (CL) – Kerusakan hutan di Provinsi Lampung saat ini sudah mencapai 65 persen, setiap tahunnya selalu bertambah karena kurangnya pengawasan dari pemerintah setempat.
Efek paling nyata ialah banjir di sejumlah wilayah di Provinsi Lampung seperti Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, dan Waykanan, bencana banjir ini karena alih fungsi lahan yang diijinkan pemerintah provinsi tanpa pengawasan ketat.
Ini akibat pemerintah mengabaikan lingkungan sehingga terjadi banjir di wilayah ini.
“Ridho ini abai atas lingkungan, seharusnya sebagai pemangku keputusan bisa mengambil kebijakan yang mempertahankan lingkungan,” kata Ahmad warga Kampung Banjarratu, Lampung Tengah.
Banjir ini terjadi karena kurangnya perhatian pemerintah provinsi dijaman Ridho Ficardo terhadap kelestarian lingkungan khususnya sungai, akibat bencana ini banyak warga yang mengalami kerugian.
Selain merendam puluhan rumah, banjir juga menghanyutkan satu unit sepeda motor, satu ton ikan budi daya milik warga serta merendam lima hektare sawah.
Direktur Walhi wilayah Lampung Hendrawan mengatakan banjir yang terjadi hari ini merupakan salah satu akibat dari kerusakan hutan yang semakin nyata, bila sudah seperti ini pemerintah seakan mengabaikannya.
“Pemprov Lampung telah abaik dalam beberapa tahun terakhir dalam menjaga lingkungan, khususnya hutan yang ada di wilayah ini,” ungkapnya.
Seharusnya bencana ini bisa diantisipasi dengan menjaga lingkungan, pemerintah harus sudah mulai melakukan revitalisasi.
“Wilayah hulu dan hilir di Sungai Way Sekampung, seharusnya sudah dilakukan revitalisasi karena jika tidak dibenahi tentunya banjir akan lama surut,” kata dia.
Apa bila pemerintah telah melakukan perbaikan, seharusnya lebih dahulu dilakukan penghijauan baru dibenahi sungainya.
Sebanyak empat kabupaten yakni Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, dan Waykanan mengalami Ketinggian air antara 30 cm hingga 2 meter.
Terdapat lima korban jiwa dan dua lainnya hilang akibat musibah itu. Ratusan kepala keluarga mengungsi dan kerugian ditaksir mencapai miliaran rupiah.
Sebab utamanya karena tingginya curah hujan yang mengakibatkan beberapa sungai yang melintas di empat kabupaten itu meluap dan menggenangi wilayah sekitarnya.
Di Lampung Selatan misalnya terdapat, 64 rumah pada tiga dusun di Desa Sidoharjo, Kecamatan Waypanji, terendam akibat tanggul jebol. Air menggenangi puluhan rumah di wilayah tersebut dengan ketinggian 30 cm hingga 60 cm.
Luapan air dari Sungai Panji itu mulai terjadi pada Senin (26/2) sekitar pukul 03.00 WIB hingga pukul 05.00 WIB. Dusun Solo dan Kediri tergenang banjir dengan ketinggian 60 centimeter, sedangkan di Dusun Bandung, air mencapai 50 centimeter.
Musibah serupa terjadi juga di Lampung Timur, sebanyak dua kecamatan yakni Sukadana dan Bumiagung tergenang air antara satu meter – dua meter. Bahkan, transportasi lumpuh akibat beberapa ruas jalan tak bisa dilalui. (rel/red)